Jembatan Menuju Masyarakat: Pengembangan Keterampilan Vokasi di Samping Ilmu Agama

Di tengah tuntutan zaman yang semakin kompleks, pesantren kini berevolusi tidak hanya sebagai pusat pendidikan agama (tafaqquh fiddin) dan moral, tetapi juga sebagai lembaga yang membekali santri dengan kemampuan hidup praktis. Pengembangan Keterampilan Vokasi di pesantren menjadi sangat penting karena berfungsi sebagai “jembatan” yang menghubungkan ilmu agama dengan kebutuhan pasar kerja, memastikan lulusan memiliki kemandirian ekonomi (istiqlal). Filosofi di baliknya adalah bahwa seorang muslim yang baik harus mampu mengamalkan ilmunya, sekaligus mandiri dan bermanfaat bagi masyarakat secara finansial dan sosial. Oleh karena itu, Pengembangan Keterampilan Vokasi menjadi komponen krusial dalam kurikulum pesantren modern.

Pengembangan Keterampilan Vokasi di pesantren biasanya diwujudkan melalui program ekstrakurikuler atau unit usaha milik pesantren yang dikelola oleh santri. Program ini dirancang agar tidak mengganggu jadwal wajib ibadah dan pelajaran agama yang ketat. Beberapa contoh keterampilan vokasi yang umum diajarkan meliputi:

  1. Kewirausahaan dan Digital Marketing: Santri dilatih untuk mengelola unit bisnis pesantren, seperti toko koperasi, laundry, atau bahkan memasarkan produk kearifan lokal secara online. Pelatihan ini sering diadakan setiap hari Rabu sore selama 90 menit oleh praktisi atau alumni.
  2. Pertanian atau Perikanan Terpadu: Bagi pesantren yang berada di pedesaan, pelatihan ini mengajarkan santri teknik budidaya modern, mulai dari menanam hingga memanen, yang langsung diaplikasikan pada lahan pesantren.
  3. Keterampilan Teknis: Termasuk bengkel las, tata busana, atau perbaikan perangkat elektronik sederhana. Keterampilan ini sangat relevan untuk santri yang setelah lulus kembali ke daerah mereka.

Penerapan program Pengembangan Keterampilan Vokasi ini menunjukkan komitmen pesantren untuk mencetak ulama-intelek atau ulama-pengusaha. Santri yang sudah matang dalam ilmu agama diajarkan bahwa bekerja dan berwirausaha dengan niat yang benar adalah bagian dari ibadah. Selain memberikan keterampilan, kegiatan ini juga menanamkan etos kerja keras, kejujuran, dan tanggung jawab.

Sebagai contoh konkret, Lembaga Pelatihan Santri Mandiri (LPSM) dari Pesantren Al-Ikhlas melaporkan pada Juni 2025 bahwa alumni yang mengikuti program vokasi menjahit dan tata busana selama minimal dua tahun memiliki tingkat pengangguran yang nyaris nol dan mampu mendirikan usaha mikro mereka sendiri. Dengan Pengembangan Keterampilan Vokasi, pesantren mempersiapkan santri untuk menjadi motor penggerak ekonomi syariah di lingkungan mereka, mewujudkan pribadi muslim yang saleh secara ritual dan mandiri secara finansial.