Filantropi seringkali dipahami sebagai kegiatan donasi besar oleh individu kaya. Namun, di pesantren, filantropi adalah sebuah tradisi harian yang terinternalisasi. Tradisi ini menciptakan Sirkulasi Holistik Kebaikan, di mana gotong royong dan kedermawanan menjadi denyut nadi kehidupan komunal. Sirkulasi Holistik Kebaikan di pesantren memastikan bahwa setiap santri, tanpa memandang status ekonomi, adalah penerima sekaligus pemberi manfaat, membangun ekosistem saling bantu yang berkelanjutan. Praktik ini adalah manifestasi nyata dari Membangun Empati dalam lingkungan pendidikan Islam.
Mekanisme utama dari Sirkulasi Holistik Kebaikan ini adalah khidmah (pelayanan) dan budaya berbagi. Khidmah bersifat non-ekonomi namun sangat berharga, meliputi gotong royong dalam menjaga kebersihan fasilitas umum, membantu kiai, hingga mengurus dapur umum. Tawadhu dan Etos Kerja ditanamkan melalui kesediaan untuk melayani tanpa imbalan, yang merupakan bentuk filantropi waktu dan tenaga. Misalnya, saat terjadi perbaikan mendadak saluran air asrama pada hari Sabtu, 7 Juni 2025, puluhan santri secara sukarela menghentikan aktivitas belajar mereka untuk bergotong royong, tanpa menunggu perintah resmi, sebuah Bukti Ketahanan Tubuh yang terlatih untuk berinisiatif membantu.
Selain khidmah, kedermawanan santri terlihat dalam praktik berbagi materi. Meskipun uang saku terbatas, santri memiliki tradisi berbagi makanan, pakaian, atau perlengkapan sekolah dengan teman yang membutuhkan. Budaya ini diperkuat melalui kotak amal kecil atau program infaq mingguan yang dikelola oleh pengurus asrama. Hasil infaq ini sering digunakan untuk membantu santri kurang mampu atau untuk membeli kebutuhan umum pondok. Keterampilan Hidup yang diajarkan di sini adalah bahwa memberi dan berbagi adalah bagian integral dari kehidupan sosial, bukan sekadar kewajiban formal.
Melalui tradisi harian ini, pesantren berhasil menanamkan Bekal Filosofis Pesantren bahwa harta dan tenaga adalah amanah yang harus digunakan untuk kemaslahatan bersama. Sirkulasi Holistik Kebaikan yang berkelanjutan ini menciptakan ikatan persaudaraan yang kuat dan melahirkan lulusan yang berjiwa sosial tinggi, siap menjadi pemimpin yang dermawan dan peduli di masyarakat.